HARAPAN ITU MASIH ADA
Hai sahabat semua,
salam kenal ya nama saya Pandu Muhamad Barzah, saya lahir di Tasikmalaya,
dengan waktu yang katanya sih tanggal tersebut bertepatan dengan Hari Ulang
Tahun Organisasi Kepanduan yang ada di Indonesia atau yang biasa disebut
Gerakan Pramuka. Saya merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dengan seorang
kakak perempuan dan satu adik laki-laki. Disini saya ingin sedikit berbagi
cerita dari pengalaman hidup saya, yang mungkin cerita ini merupakan sebuah
cerita dimana pada saat itulah saya mulai menemukan jati diri saya yang
sesungguhnya.
Mungkin cukup untuk perkenalannya, sekarang langsung saja kita
mulai ke cerita kehidupan saya, yang bermula pada tanggal 14 Agustus 1992
tepatnya pada pukul 15.00-16.00 WIB pada waktu itu saya memulai untuk yang
pertama kalinya melihat Dunia yang pana ini. Yang katanya pada waktu itu saya
lahir dengan sebuah jeritan tangisan layaknya seorang bayi dan dengan beberapa
sambutan kebahagian dari orang-orang yang ada disekitar saya terutama dari
Papah dan Mamah saya, singkat cerita proses itu pun berjalan dengan lancar
disebuah tempat persalinan, hingga akhirnya tak lama dari situ katanya sih saya
sudah mulai bisa dibawa kerumah nenek saya yang kebetulan dekat dengan tempat
persalinan itu, entah seperti apa semua prosesnya yang jelas semua berjalan
layaknya kehidupan sebuah keluarga, karena pada waktu itu saya masih belum bisa mengingat apa-apa.
Hari
demi hari berjalan dan bulan demi bulan pun terus berjalan, bahkan tahun demi
tahun pun turut berjalan. Namun konon katanya sangat disayangkan kehidupan
kecil saya sungguh sangat dipenuhi dengan rasa sakit entah itu sebuah penyakit
kecil (seperti demam, flu, dsb) atau penyakit-penyakit yang memang bisa disebut
cukup parah (pada waktu itu saya mengidap penyakit asma dan kejang panas). Kata
cerita orang tua saya entah berapa kali dalam sebulan itu saya dibawa ke dokter
karena begitu sensitivenya saya terhadap penyakit, kebetulan pada waktu itu
yang menjadi langganan saya adalah dr. Lulu karena begitu seringnya saya
bulak-balik berobat jadi katanya beliau sudah menyayangi saya seperti anaknya
sendiri. Namun sangat disayangkan ketika saya berusia 1th dr. Lulu berpindah
tugas keluar kota yang cukup jauh, pada waktu itu katanya beliau sempat
berpesan seperti ini “De Zamzam, ibu dokter mau pindah jauh, jadi ibu harap de
zamzam bisa sehat ya / jangan sakit-sakitan terus”. Oh iya lupa dulu nama saya
adalah “Zamzam Zamaludin” yang hingga akhirnya pada usia 2th diganti menjadi
“Pandu Muhamad Barzah” salah satu penyebabnya ya karena sering sakit-sakitan
itu.
Waktupun
terus berjalan seperti biasanya (seorang balita yang sering sakit-sakitan)
tanpa adanya dr Lulu, dan akhirnya dibawalah ke dokter spesialis anak yang
berada di kota Tasikmalaya / dr. H. Undang Sp.A. Hingga suatu ketika tepatnya
pada usia 2th, katanya karena begitu parahnya
serangan dari penyakit yang saya idap ini, saya pernah sampai dirawat di RS,
dan katanya juga pada saat itu dokter yang menangani saya di RS tersebut sempat
berdialog dengan kedua orang tua saya serta ada salah satu ucapannya yang
seperti ini ”Bapak/Ibu, bapak dan ibu
harus bersabar dan terus berdoa saja kami disini sedang berusaha untuk
kesembuhan anak Ibu/Bapak, namun semua itu dikembalikan lagi kepada kekuasaan
Alloh, sebenarnya kami berat untuk mengatakan ini namun semua itu harus
diketahui oleh Ibu/Bapak, Bahwa anak Ibu/Bapak sekarang sedang dalam keadaan
kritis (Jikalau anak Ibu/Bapak tidak
menangis dalam jangka waktu 2jam, kami sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi,
semua dikembalikan lagi kepada kehendak Alloh SWT)”, yang mungkin intinya pada saat itu
menurut medis jikalau saya tidak ada respon menangis dalam jangka waktu 2jam
nyawa saya sudah hilang / saya sudah meninggal, semua keluarga saya panic,
sedih, gelisah dan tak karuan, yang bisa dilakukan pada saat itu hanyalah
berdoa, berdoa, dan terus berdoa. Hingga akhirnya Alloh disitu benar-benar
terlhat sebuah keajaiban/mukjizat dari Sang Maha Pengasih. Doa-doa yang
dipanjatkan oleh orang tua dan keluarga saya pada waktu itu langsung didengar
oleh Sang Maha Mendengar, katanya pada jangka waktu 1jam 20menit ternyata
terdengarlah suara tangisan seorang balita yang berasal dari ruang perawatan
saya. Tangisan ?? Iya tangisan itu adalah tangisan saya / saya selamat dari
perjuangan hidup dan mati saya, yang akhirnya disambut dengan tangisan-tangisan
kebahagiaan dari orang keluarga saya.
Singkat
cerita semua berjalan seperti biasanya, dengan kesakitan ini yang terkadang
datang menyerang saya secara tak terduga-duga, orang tua saya pun terus
berusaha untuk mengobati saya agar bisa sembuh secara maksimal. Dan akhirnya
pada suatu ketika entah pada usia 3th/4th penyakit asma saya sudah jarang
kambuh dan bahkan bisa disebut sembuh. Namun sayang satu lagi penyakit yang
memang sangat berat ini masih belum pergi juga dari tbuh ini / penyakit Kejang
Panas (Step). Tapi orang tua saya masih tetap berusaha sekuat mungkin demi
kesembuhan anaknya ini, hingga katanya pada usia 5th itu terakhir kali
terjadinya kejang-kejang pada tubuh saya jikalau terserang demam. Yang akhirnya
dengan keputusan dari dokter katanya kemuningkinan anak Ibu/Bapak sudah mulai sembuh,
dan ternyata benar sejak saat itu katanya saya sudah tidak mengenal lagi yang
namnya kejang. Alhamdulillahirrabbilalamin …
Waktu
demi waktu pun terus berjalan tanpa adanya lagi serangan-serangan dari penyakit
saya itu, paling kalau sakit Cuma sakit biasa (demam, flu,dsb). Sehingga
datanglah musimnya pendaftaran pendidikan, pada waktu itu tepat ketika saya
berusia 5th kurang saya mulai bersekolah / pada waktu saya dimasukan oleh orang
tua saya ke TKQ Al- Iqomah, dan berlanjutlah di usia 6th kurang tepatnya bulan
Juli 1998 saya disekolahkan ke SD Negeri 2 Ciawi, hingga selesailah pendidikan
dasar saya itu selama 6 tahun lamanya, sehingga pada tahun 2004 saya lulus dari
SD tersebut dan melanjutkan ke SMP Negeri 2 Ciawi. Jikalau pada waktu usia SD
saya masih belum jelas mau kemanakah arah saya nanti ketika dewasa berbeda di
usia SMP ini di usia ini atau yang biasa disebut usia pra remaja saya sudah
mulai mempunyai angan dan cita yang jelas yang memang saya sangat yakin bahwa
saya bisa menggapainya, dengan usaha dan belajar. Di usia itu saya mulai
tertarik untuk mencari informasi tentang kemiliteran hampir semua yang ada
dibenak saya adalah militer. Militer ??? iya militer, itulah angan dan cita
saya / saya ingin menjadi seorang pejuang bangsa ini dibidang kemiliteran yang
lebih tepatnya ingin menjadi seorang Tentara Nasional Indonesia – Angkatan
Darat (TNI-AD).
Karena
Kakek saya (Sekarang sudah meninggal) beliau adalah Purn. TNI-AD, dan bahkan
beliau bisa disebut seorang pahlawan / termasuk kedalam daftar pahlawan
Indonesia. Jadi saya bertanya-bertanya tentang kemiliteran itu ke beliau
sehingga pada waktu itu beliau sungguh sangat merespon dengan baik ketika
mengetahui salah satu cucunya ini ingin meneruskan perjuangannya, mungkin
karena dari sekian banyak keturunannya baru kali ini ada yang mau meneruskan
profesinya, sehingga sejak saat itu kami semakin akrab setiap ada apa-apa pasti
selalu ke kakek lagi, kakek lagi, dan mungkin bisa disebut saya adalah cucu
kesayangannya. Selain itu pada waktu itu saya sering baca-baca buku yang
berkaitan dengan militer, bahkan cukup banyak mengoleksi buku-buku yang
berkaitan dengan kemiliteran tersebut (satu rak buku hampir penuh semuanya
dengan buku yang bertemakan militer), namun disamping itu saya juga tetap tidak
melupakan kewajiban saya sebagai seorang siswa SMP yang masih harus banyak
belajar, oh iya kebetulan pada waktu itu saya penggemar pelajaran IPA (Biologi),
Geografi (yang membahas tentang Ilmu Bumi’nya), dan Sejarah (terutama sejarah
nasional).
Oh
iya hampir lupa, karena papah saya bisa disebut penggemar olahraga jadi pada
saat kelas VII SMP saya mulai digerakan ke olahraga, salah satu pembicaraannya
yang masih saya ingat adalah seperti ini “A, ayeuna mah aa teh tos ageung,
kukituna papah hoyong aa gaduh katiasa kana salah sawios hiji cabor” yang
artinya “A, sekarang tuh aa sudah besar, setidaknya papah pengen aa punya
keterampilan di salah satu cabang olahraga” (Aa tuh sebutan bagi seorang kakak
laki-laki). Ya akhirnya saya mencoba dulu ke olahraga basket, setelah sekian
bulan pindah ke tenis meja, dan terakhir di renang. Yang akhirnya ditanya sama
papah mau memilih cabor yang mana ? dan akhirnya saya memilih cabor Renang,
dari situ saya mulai menggeluti cabang olahraga tersebut, jadi pada saat itu
tugas saya bertamabah, (beribadah, belajar, menekuni/mencari informasi lebih
dalam tentang dunia militer, dan berlatih renang). Kebetulan pada waktu itu
asalnya saya berlatih bersama papah saya dan seorang pelatih yang ada di Kolam
Renang WP Ciawi, namun tak lama dari situ saya dipindahkan ke sebuah Club
Renang yang berada di Kota Tasikmalaya tepatnya ke Mangkubumi Swimming Club
(MSC) karena papah saya ingin saya lebih disiplin dalam berlatih dan berharap
bisa jadi atlet, dan memang sejak disana kedisiplan saya berlatih bertambah,
serta mungkin sejak disana saya sudah bisa disebut sebagai seorang atlet
walaupun baru atlet kelas/tingkat Kabupaten/Kota. Dari situ kesibukan saya
mulai berpindah ke renang tapi tetap tidak melupakan yang tiga itu (beribadah,
belajar, dan kemiliteran) hhhee .. J. Tahun demi tahun berlalu dalam waktu itu’pun
pernah beberapa kali mengikuti kejuaraan-kejuaraan, contohnya Kejuaraan
Sepriangan Timur, KRAP Se-Jawa Bali, bahkan sampai KRAPSI (Kejuaraan Renang
Antar Perskumpulan Se-Indonesia).
Dan
akhirnya pada waktu itu tibalah waktu yang paling mendebarkan bagi semua siswa
kelas IX SMP, yakni waktunya Ujian Akhir Nasional (UAN/UN) disana kita semua
siswa SMP terutama saya dan para rekan SMPN 2 Ciawi, berjuang demi mendapatkan
kelulusan dengan hasil yang memuaskan. Akhirnya UN pun terlewati kami semua
para siswa/i SMPN 2 Ciawi lulus. Dari situ saya mulai kembali memfokuskan
semuanya kepada kemiliteran / karena pada waktu itu adalah masa transisi dari
SMP ke SMA, bisa dibilang waktunya untuk mulai pendaftaran ke SMA-SMA yang kita
inginkan, dan k arena memang dari dulu angan dan cita saya ke militer jadi pada
waktu itu saya sudah siap untuk mendaptar ke SMP Taruna yang bertempat di
Magelang, tak lama waktu pun berjalan dan saya pun mendaptar ke SMA tersebut
walaupun memang belum mengikuti test apapun / Cuma baru mendaftar saja, karena
testnya itu 2 minggu kemudian. Disamping itu pada waktu itu bertepatanlah
dengan pesta olahraga KRAPSI yang bertempat di kolam renagn UPI Bandung yang
memang termasuk Babak Kualifikasi PON 2008, Kalimantan Timur, akhirnya kami
saya dan rekan-rekan dari MSC ikut serta dalam kejuaraan tersebut, berangkatlah
kami ke sebuah penginapan yang berada di daerah Lembang, tak lama dua hari
kemudia dimulailah kejuaraan tersebut, dan kami sama-sama unjuk prestasi.
Hari
kedua dari kejuaraan itu tiba, namun sungguh sangat disayangkan / dihari itu
ada sebuah kejadian aneh yang berdampak
sampai saat ini. Apa sih kejadian itu ?? pada saat itu stelah say berlomba
dalam kejuaraan, Saya sempat tidak sadarkan diri / Hilang ingatan selama beberapa menit. Hingga pada saat itu membuat semua yang
mengenal saya panic ( Pelatih, Manger, Rekan-atlet, Orang tua teman yang ikut)
semua panic melihat saya seperti itu. Karena
pada saat itu saya diajak ngorol itu malah ngelantur kemana-mana (karena
hilangya ingatan saya), tapi alhamdulillah beberapa saat kemudian dari situ
saya sadarkan diri kembali / ingatan saya kembali lagi. Namun walaupun seperti
itu pelatih memutuskan untuk tidak menurunkan lagi saya dalam kejuaraan pada
hari itu dan secepatnya menghubungi orang tua saya. Karena khawatir mendengar
anaknya seperti itu hingga tak lama sorenya papah saya langsung menyusul ke
Bandung tepatnta ke tempat saya berlomba hingga tibalah papah saya, dan entah
apa yang mereka perbincangkan (papah, pelatih, manager, dan lainya) mungkin
karena papah bertanya kepada saya, saya jawab tidak tahu (ya otomatis tidak
tahu karena pada waktu itu saya sedang hilang ingatan, jadi saya tidak tahu apa
yang terjadi dengan saya) saya hanya tahu sebatas cerita dari orang disekitar
saya yang menyaksikan saya tadi watu hilang ingatan. Karena seperti itu
akhirnya papah saya memutuskan untuk membawa saya pulang / kami pulang terlebih
dahulu, walaupun kejuaraan masih 3hari lagi.
Esok
haripun tiba, hingga orang tua saya memutuskan untuk memeriksakan saya. Awalnya
meminta rujukan ke RS dari puskesmas setempat dan ternyata hasil pemeriksaan
ini rujukannya harus coba dibawa ke poliklinik syaraf, tanpa membuang waktu
langsung saja saya dibawa ke RS dan ditujukan ke Poliklinik Syaraf, setelah
diperiksa lebih lanjut oleh dr. Handi Nugraha Sp.S ternyata hasilnya saya harus
di EEG yang pada waktu itu ada di RS Prasetya Bunda, akhirnya kami’pun langsung
menuju RS tersebut, pendaftaran dan akhirnya kedalam ruang pemeriksaan dengan
beberapa kabel yang menenpel dikepala saya diperiksalah/EEG lah saya,
selesailah semua proses EEG tersebut, dan katanya hasil dapat dibawa besok
lusa. Tibalah hari yang ditunggu-tunggu itu hingga akhirnya kami pun kembali ke
RS Prasetya Bunda untuk mengambil hasil dari EEG saya, setelah mendapatkan
hasilnya kami pun berlanjut kembali ke RSUD Tasikmalaya untuk kembali consult /
memperlihatkan hasil ini ke dr Handi N, Sp.S. Diperlhatkanlah hasil EEG
tersebut, dengan seksama pak dokter melihat hasil EEG tersebut serta kembali
memeriksa saya. Dan ternyata pada akhirnya beliau berkesimpulan bahwa saya
mengidap penyakit Gejala Epilepsi.
Walaupun saya belum mengerti sekali tentang epilepsy tapi pada waktu itu hati
ini sangat terpukul sekali ketika mendengarnya. Kembali ke penjelasan dokter
kata beliau ini karena / efek waktu kecil suka kejang-kejang kalau panas, dari
situ saya sangat-sangat terpukul “Ya Alloh ternyata penyakit kejang saya ini
belum sembuh” … L Singkat cerita kita pun pulang kerumah dengan keadaan sedih, malam
berlalu esok hari pun telah tiba saya seperti biasa menjalani aktivitas /
berangkat ke sekolah walaupun UN sudah beres tapi masih ada yang belum yakni
Ujian Akhir Sekolah (UAS/US) jadi saya harus tetap bersekolah untuk dapat
menggapai angan dan cita saya itu (menjadi seorang TNI-AD).Waktu sekolah pun
selesai, saatnya untuk pulang ke rumah, setibanya di rumah seperti biasa saya
langsung makan dan terus shalat (karena lapar jadi makan dulu deh) hhheee … J
Oke
sahabat semua disinilah cerita yang yang sangat menyedihkan / sangat-sangat
membuat saya terpukul, terpukul lebih dari mendengar bahwa saya belum sembuh. Pada
malam hari itu, keluarga saya sedang berkumpul papah, mamah, kakak, dan adik
saya semua ada. Tak lama dari situ ternyata saya dipanggil keruang tamu oleh
papah dan mamah, sepertinya ini aka nada pembicaraan serius, dan ternyata benar
pada waktu itu saya diajak bicara tentang kelanjutan sekolah saya / pada saat
itu mamah berkata seperti ini “A, apanan ayeuna mah kapendak upami aa teh nuju
sakit/gaduh panyawat, janten mamah sareng papah teu ngawidian pami aa kedah
sakola ka Magelang, nya tebih nya sakola militer deuih, mamah mah sok sieun
engkena aa karaos diditu, bade saha anu nolongan ?” yang artinya seperti ini “A, kan sekarang tuh sudah ketahuan kalau
aa tuh lagi sakit/punya penyakit, jadi mamah sama papah gak ngasih izin kalau
aa mau sekolah ke magelang, udah jauh ditambah lagi disana tuh sekolah militer,
mamah takut nantinya aa terasa disana, mau siapa yang nolong ?”. dari
situ hati ini benar-benar sangat, sangat, sangat, terpukul mendengarnya / saya gak
mau kalau seperti itu, saat itu juga saya berontak, pokoknya saya harus dan
harus tetap sekolah kesana, tapi orang tua saya tetap bersikukuh dengan
keputusannya, hingga akhirnya pada saat itu saya marah benar-benar marah dan
langsung mengurung diri dikamar, hari tersebut pun terlewat dengan keadaan saya
yang masih terus murung, murung, dan murung karena keputusan dari orang tua
saya tersebut, karena dari situ saya mulai terpikir kalau seperti ini jadinya
apakah saya bisa meraih angan dan cita saya ini … ??? tentu kemungkinan besar
TIDAK AKAN BISA, L dan ini semua karena tubuh saya yang rapuh ini, pada waktu itu saya
mulai membenci tubuh ini (kenapa saya harus mengidap penyakit ini ?).
Beberapa
hari kemudian akhirnya saya berinisiatif atau istilahnya punya harapan cadangan
dalam menentukan pilihan untuk meneruskan sekolah, yang akhirnya pada saat itu
saya mengajak bicara orang tua saya dengan nada memaksa, yang intinya jikalau
saya tidak bisa sekolah ke SMA Taruna saya ingin bersekolah ke sekolah pilihan
kedua saya ini, yakni ke SMA Negeri 2 Tasikmalaya. Dan ternyata keputusan saya
itu diterima (mungkin pada saat itu orang tua saya beranggapan, daripada anknya
jauh-jauh di magelang, tak apalah kalau untuk cuma bulak-balik ke kota mah)
akhirnya pada saat itu juga terjadi kesepakatan antara saya dan kedua orang tua
saya tersebut. Dari situ walaupun hati ini masih tetap merasa terpukul karena
tidak bisa melanjutkan ke SMA yang saya idam-idamkan dari dulu, tapi pada waktu
itu luka ini terasa sedikit terobati karena minimalnya saya bisa sekolah ke SMA
pilihan kedua saya itu.
Singkat
cerita semua berjalan lancar saya pun telah lulus dari SMP Tercinta itu dengan
hasil yang memusakan dan semua pendaftaran-pendaftaran saya ke SMAN 2
Tasikmalaya itu pun telah selesai kebetulan pada waktu itu saya mencoba
melampirkan beberapa sertifikat yang saya dapat dari Renang, saya pun sempat
bergumam “berguna juga ini renang, hhheee … J”. Mungkin bisa disebut pada saat itu saya
daftar dengan jalur prestasi yang tepatnya, prestasi saya di cabor renang dan
kebetulan juga nilai di Ijazah saya cukup bagus untuk meneruskan ke sana.
Hingga akhirnya tibalah saat yang ditunggu-tunggu / pengumuman hasil diterima
atau tidaknya saya untuk bersekolah disana dan ternyata
Alhamdulillahirrabilalamin saya diterima di SMA tersebut, mungkin dari situ
rasa suntuk / rasa kecewa saya karena tidak dapat meneruskan ke Taruna bisa
terobati dengan diterimanya saya di SMA pilihan kedua saya itu. Waktu demi
waktu pun terus berjalan, hari demi hari saya lewati tanpa beban, karena pada
saat itu saya berpikir kalau saya hanya tinggal menunggu orang tua saya
melakukan pendaftaran ulang serta akhirnya masuklah ke SMA tersebut (mulai
bersekolah disana).
Namun
apa yang terjadi ? ternyata apa yang saya pikirkan itu tidak terlaksana sesuai
sekenario dalam pikiran ini. Loh kok kenapa bisa ? padahalkan saya hanya
tinggal masuk dan bersekolah disana. Iya benar seperti itu, namun sayang itu
tidak terlaksana, karena dua hari sebelum mulai efektif lagi hari sekolah / dua
hari lagi sebelum saya dapat menginjakan kaki ini ke SMA tersebut, ternyata
saya diajak berbincang kembali oleh orang tua saya, dan disana terjadi
perbincangan yang cukup panas. yang intinya seperti ini ”A, enjing minggon teh aa tos ngawitan ka sakola kangge persiapan MOS
(MOPD) nya, enjing aa teu kedah angkat ka tasik / aa cekap angkat ka pasirhuni
wae, kumargi Mamah/Papah atos ngabatalkeun pendaftaran aa nu ka SMAN2, sareng
ngadaftarkeun aa ka SMAN Ciawi, da Mamah/Papah melang upami aa uah-uih wae
Tasik-Ciawi atanapi ngekost diditu moal kakontrol ku Mamah/Papah”, yang
artinya “A, besok tuh kan aa sudah mulai
kembali masuk sekolah untuk persiapan MOPD, besok tuh aa gak perlu berangkat ke
tasik / aa cukup ke pasirhuni saja, soalnya Mamah/Papah sudah membatalkan
pendaftaran yang ke SMA2 dan mendaftarkan aa ke SMAN Ciawi, karena Mamah/Papah
khawatir jikalau aa boalak-balik sekolah Tasik-Ciawi atau ngekost disana yang
nantinya gak bakalan terkontrol oleh Mamah/Papah seperti apa kondisi aa
dikostan”. Astagfirulloh, sahabat ternyata orang tua saya sudah berganti
keputusan lagi mereka kembali mengambil keputusan sepihak yang intinya karena
cukup jauh juga, jadi saya tidak boleh sekolah kesana dengan gantinya saya
harus bersekolah didaerah saya sendiri yakni di SMA Negeri Ciawi. L
Dari
sanalah awal mula saya benar-benar kecewa dan marah kepada orang tua saya /
pada saat itu juga saya berontak, beronmtak dan berontak. Yang intinya saya
tidak mau disekolahakan di sekolah pilihan orang tua saya tersebut dan tetapa
bersikukuh untuk bisa tetap bersekolah ditempat yang saya mau, pada saat itu
intinya saya berkata seperti ini “Peperiheun
ka Taruna heunteu cik atuh ka SMA2 wae mah izinan” yang inti artinya tuh
seperti ini ”Udah mah ke Taruna gak
jadi, tolong dong ke SMA2 aja tuh kasih izin” namun saya semua keluhan,
berontakan, omongan dan pendapat ku itu tidak digubris sedikit pun oleh orang
tua saya. L
Saat
itu saya sungguh-sungguh sangat kecewa, sakit hati dengan keadaan ini, semua
yang saya impikan seolah-olah hanyalah sekenario yang tidak jelas dan tidak
pasti / berawal dari impian saya untuk menjadi seorang militer dengan awal
langkahnya ingin melanjutkan ke SMA Taruna yang gagal, dan juga harapan kedua
yang sudah didepan mata / hanya tinggal memetiknya dengan mudah ternyata
harapan itu juga punah, saya tidak jadi melangkahkan kaki ini ke SMAN2, karena
apakah itu semua terjadi … ??? karena apa sahabat … ??? karena penyakit sialan
yang mengidap dalam tubuh ini, Ya Alloh kenapa Engkau ciptakan penyakit ini
dalam tubuh hamba … ??? L, Pada saat itu lah saya mulai aral merasa hidup ini tak ada artinya
lagi. Coba saja sahabat bayangkan angan dan cita yang sahabat impikan dari
kecil dan ketika beberapa langkah lagi bisa tercapai malah dihempas /
terpatahkan, apakah tidak sakit … ??? tentu jelas sangat, sangat, dan sangat
menyakitkan … !!! Dan wajar saja sahabat, waktu itu saya seperti itu karena
pada waktu itu adalah waktu dimana saya sedang menginjak usia Remaja, yang
memang Ego Remaja itu sangat menggebu-gebu / ketika semangat ya gak bakalan
kepalang tuh semngatnya, tapi sayang semangat untuk meraih angan dan cita ini
terpatahkan begitu saja oleh penyakit ini L. Sejak saat itulah saya mulai benar-benar
marah/benci kepada kedua orang tua saya, jikalau bisa pada saat itu saya ingin
kabur dari rumah ini, namun apa boleh buat saya sebagai seorang anak hanya bisa
menuruti apa yang dikehendaki oleh kedua orang tuanya walaupun dengan sangat,
sangat terpaksa dan sejak saat itu pula sikap saya mulai berubah yang asalny
periang biasa berkumpul dengan orang tua menjadi terbalik saya menjadi seorang
yang sering mengurung diri di kamar ini, dengan kekecewaan, tangisan, dan rasa
kebencian ini yang sudah tidak bisa terbendung.
Hari
pertama untuk persiapan MOPD pun tiba, walaupun saya tidak menginginkan namun
karena saya tetap berpikiran untuk jangka panjang / kalau saya tidak berangkat
ke sekolah apakah saya bisa dapat Ijazah SMA … ??? Maka dari itu walaupun
dengan sangat terpaksa saya mencoba untuk tetap berangkat sekolah ke sekolah
yang memang tidak saya inginkan tersebut / tepatnya ke SMAN Ciawi, hari pertama
MOPD pun dimulai dan kebetulan pada waktu itu saya masuk di kelas X4 saya mulai
coba menjalani aktifitas sekolah seperti biasanya dengan beberapa kakak-kakak
panitia yang cukup galak, namun yang saya perdulikan bukan itu / mau galak atau
tidak semua itu bukan masalah yang menjadi beban pikiran saya pada waktu itu
adalah “saya tidak menginginkan untuk bersekolah di sana”. Hari demi hari dalam
acara MOPD pun berjalan, walaupun dengan terpaksa namun tetap saya coba
mamaksakan diri untuk beradaptasi, dan ada satu yang diingat saya pada waktu
ketika demontrasi ekstrakulikuler / disana semua ekstra menampilkan kemahiran
dibidangnya dan sebisa mungkin untuk berpromosi. Dari situ ada satu ektra yang
agak menarik minat ini, sahabat masih ingat
pelajaran apa yang saya gemari pada waktu SMP dulu ? ya disana salah
satunya ada pelajaran IPA dan yang menarik minat saya itu adalah ekstra
Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) hingga akhirnya saya berminat untuk meminta
formulir pendaftaran, yang katanya dikumpulkan minggu depan setelah selesai
MOPD.
MOPD
pun tak terasa sudah selesai, hari senin di minggu yang baru telah datang
itulah saatnya saya berganti seragam dari Putih Biru ke Putih Abu-abu, namun
tetap rasa ini masih sangat terpukul dan seakan tidak pernah ingin untuk
berangkat ke sekolah sana, tapi apa daya saya hanya bisa menuruti kehendak
orang tua yang akhirnya berangkatlah ke sekolah, hari efektif pun tiba kita
semua sebagai seoran siswa mulai belajar ketika itu saya coba memilih duduk
sebangku dengan anak keturunan cina, pembelajaran mulai dimulai guru pertam
pada hari itu mulai masuk dan memberikan pelajaran, hingga berlanjut terus ke
guru-guru yang selanjutnya dan selesailah waktu belajar pada hari itu, namun
apa yang saya rasakan / saya tetap merasakan ketidak semangatan dalam hidup ini
termasuk dalam belajar, semua pembelajaran tidak mengayikan. Hari berikutnya
pun datang, datang, dan datang, serta sama lah yang saya rasakan itu hanya
kejenuhan dan ketidak semangatan dalam hidup ini. Namun pada waktu itu saya
sempat berpikir masih ada satu harapn yang mungkin setidaknya agak bisa
mengobati kekecewaan ini yakni pelajaran IPA (Biologi) hingga tibalah saatnya
pelajaran tersebut / tibalah waktu yang saya tungu-tunggu tersebut, sahabat tau
apa yang terjadi disana, pada saat itu sungguh sangat disayangkan pelajaran
yang paling difavoritkan oleh saya itu pun tidak bisa memberikan semangat, L, hingga akhirnya saya
tarik kesimpulan belajar saja sudah tidak semangat seperti ini / sudah tidak
asyik seperti ini apalagi mengikuti ekstra yang akhirnya keputusan saya untuk
masuk ekstra KIR saya tarik kembali (saya tidak jadi masuk ekstra tersebut dan
tidak memiliki satu ektrakulikuler pun), saat itulah awal mula saya benar-benar
down. L hingga suatu saat saya sempat terpikir untuk membakar semua koleksi
buku militer saya, karena buat apa buku sebanyak itu toh angan dan cita saya
untuk menjadi militer itu sudah tidak mungkin dan semangat saya pun sudah tidak
ada, hingga akhirnya dibakarlah semua buku-buku itu dibelakang halaman rumah
saya ini, namun satu yang disisakan oleh saya / satu buku yang tidak dibakar
oleh saya yaitu buku pemberian dari Alm. Kakek yang berjudul Siliwangi, dan
sampai saat ini pun masih saya simpan dengan rapih dilemari saya.
Hari
demi hari pun terus berjalan, bahkan bulan demi bulan pun telah terlewati namun
tetap dengan kondisi saya yang seperti itu / tidak ada sedikit pun untuk
bersemangat (dirumah menjadi seorang anak yang tertutup yang terus menerus mengurung
diri dikamar dan disekolah pun sama hanya menjadi seorang siswa yang tertutup
tanpa mau bersosialisasi dengan yang lain) hingga akhirnya pada saat itu, walaupun sudah berapa bulan sekolah disana
saya masih tetap tidak mempunyai teman … L entah mungkin karena kondisi saya yang sangat
kecewa jadi akhirnya tidak bisa menerima apapun yang ada disekitar saya itu.
Karena saking kecewanya saya, pada saat itulah saya mulai kehilangan arah /
pada saat itu saya bukan hanya kecewa kepada diri ini dan orang tua tapi kepada
Tuhan pun saya merasakan kecewa dan marah hingga ibadah pun yang tadinya selalu
terlaksana pada saat itu mulai sering terlewati, dan akhirnya tidak pernah lagi
mengenal yang namanya ibadah. Pada saat itulah saat-saat kegelapan dikehidupan
saya, salah satunya pada saat itu saya sudah mulai sering tidak pulang kerumah
ketika pulang latihan renang dari Mangkubumi saya sering menginap di rumah
teman saya dan pulang kerumah esok harinya / dirumah hanya mandi minta uang
jajan dan berangkat lagi kesekolah, begitupun dengan waktu pulang kerumah,
jikalau tidak ada jadwal latihan begitu pulang sekolah saya langsung mengurung
diri dikamar yang biasa ditemani oleh computer pc saya ini, atau jikalau hari
itu ada jadwal latihan saya hanya sebentar dirumah / hanya ganti pakaian
persiapan berangkat latihan makan dan berangkat, pada saat itu sudah tidak
memperdulikan lagi orang-orang rumah bahkan dengan yang namanya shalat pun
sudah tidak dikenal lagi, entah dimana iman saya pada saat itu seolah-olah hati
dan pikiran ini menjadi sebuah lorong gelap yang tak bercahaya.
Hari
demi hari terus dilewati seperti itu, hingga suatu ketika entah malam apa pada
saat itu saya diminta teman saya yang rumahnya biasa menjadi tempat tinggal
sementara saya / tempat menginap saya disana, dia meminta antar saya ke sebuah
tempat yang berada di Jl. Y______ di Kota Tasikmalaya, katanya sih dia mau
ngambil uang dari teman sekolahnya. Berangkatlah kita ke tempat tujuan yang
memang lumayan cukup jauh dari rumah teman saya itu / sekitar 10km’an lah, tak
lama sampailah kita disana, ketika pas sampai saya lihat dari luar sempat
bergumam seperti ini “waduh ini rumah walaupun gak terlalu besar tapi bagus
juga ya dan tertata rapih,” namun pas saya mengikuti teman saya masuk kedalam,
oh sahabat ternyata didalam itu terbalik dari kondisi yang diluar (rapih bersih)
ternyata didalam rumah itu sungguh sangat berantakan dan cukup banyak anak-anak
seusia saya mau itu laki-laki atau perempuan semua berkumpul disana dan
kelihatannya mereka sedang bersenang-senang, pada saat itu saya sempat
terkesima kaget melihat kondisi itu, hingga akhirnya yang dimaksud teman saya
itu menghampiri kami dan berbincanglah dengan teman saya itu sementara saya
masih terkesima dengan keadaan ini, tak lama orang yang berbincang dengan teman
saya itu (namanya Y___) menghampiri saya dan akhirnya kita pun berbincang, oh
sahabat ternyata dia adalah ketua atau merupakan anak yang dituakan
diperkumpulan itu dan ternyata dirumah itu merupakan tempat-tempat berkumpulnya
anak-anak yang broken home termasuk seperti saya ini, bahkan kabanyakan anak di
rumah itu adalah anak-anak dari para pejabat atau pengusaha yang kurang
perhatian dari orang tuanya, lama-kelamaan kita terus asyik berbincang dan
entah kenapa setelah sekian lama yang biasanya say tidak bisa menerima apapun
yang ada disekitar saya, pada waktu itu saya merakan kenyaman / serasa nyambung
berbicara itu, namun saya belum berani mengungkapkan kepadanya apa yang terjadi
pada saya ini karena asyiknya berbincang tak terasa waktu telah menunjukan
pukul 22.00 WIB akhirnya teman saya pun mengajak untuk pulang kerumahnya dan
saya pun mengiyakan, namun entah kenapa / mungkin si abang Y___ sudah sedikit
mengetahui apa yang saya rasakan, jadi ketika pas kita mau pulang dia sempat
menyuruh saya menyimpan no kontaknya dan berbicara “Kalau pandu butuh teman silahkan
kontak abang, atau langsung saja datang kesini, disini banyak kok teman
laki-laki ataupun perempuan seusia Pandu yang sama nasibnya, kita / teman-teman
disini pasti bakalan menerima Pandu”, dari pembicaraan itu seolah-olah si abang
sudah mengetahui rasa sakit saya ini. Karena dia menawarkan seperti itu saya
hanya bisa mengangguk sambil tersenyum.
Singkat
cerita malam hari itu tlah terlewati, dan hari-hari pun telah terlewati.
Kiranya dua minggu dari sana pada saat itu saya benar-benar mumet seakan kepala
ini mau meledak, dan kebetulan pada malam harinya itu mau saya menginap di
tempat biasa / di rumah teman saya. Ketika saya sedang merenung sempat terpikir
untuk mencoba menghubungi si abang / mencoba maen ke rumah tempat berkumpulnya
anak-anak broken home tersebut. Hingga akhirnya setelah pulang latihan yang
biasanya saya selau berbarengan dengan teman saya itu, pada waktu itu saya
mencoba bilang dan minta izin untuk tidak bareng / menginap disana, karena saya
mau coba maen ke tempat kemarin itu, yang akhirnya teman saya itu hanya bisa
mengiyakan keinginan saya itu. Tibalah saya dirumah yang dituju, walaupun
dengan langkah yang ragu-ragu tapi akhirnya saya coba untuk masuk kesana dan
kebutulan pada waktu itu yang membukakan pintu adalah seorang perempuan yang
bernama C____ yang memang saya belum mengenalnya / pada waktu saya kesana dulu
dengan teman saya dia memang sedang tidak ada dirumah itu, sehingga pada saat
itu sempat terjadi dialog terlbih dahulu “Mau ke siapa ya ?” tanyanya dengan
lembut, saya pun menjawab dengan gugup “Ada abang abang Y___nya ?” dia pun
membalas lagi “Oh, mau ke abang, iya ayo masuk” hingga akhirnya saya masuklah
ke rumah itu dan disambut dengan senyuman-senyuman dari teman-teman yang ada
disana, bertemulah saya dengan orang yang saya tuju itu, dan dia pun ternyata
menyambut saya dengan begitu akrabnya, hingga akhirnya yang tadinya saya merasa
ragu-ragu untuk kesini, menjadi rasa yakin tak lama akhirnya kita pun
berbincang yang biasa bermula dari basa-basi hingga akhirnya ke topic utama
yakni “saya mau minta izin untuk menginap disini” dan ternyata dia menyambut
baik dari situ say merasa sangat lega sekali.
Singkat
cerita karena sudah diizinkan oleh mereka untuk menginap disana, jadi saya coba
membereskan barang saya dan membersihkan badan saya untuk dapat beristirahat,
namun karena ramainya suasana di tempat itu terutama para perempuan-perempuan
yang cerewet hingga akhirnya saya malah asyik kembali berbincang dan terus
berbincang yang mulanya dari sebuah candaan dan banyolan, hingga akhirnya
menjadi sebuah curhatan saya kepada teman-teman disana terutama kepada abang,
dari sana saya mulai menceritakan apa yang menjadi beban saya selama ini / yang
menjadikan semangat saya down, saya pun terus menceritakan semuanya hingga
jelas, dan entah kenapa mungkin karena mereka adalah anak-anak yang sama yang
merasakan kesedihan seperti saya ini, walaupun dalam bentuk/aspek berbeda yang
jelas mungkin intinya pada saat itu kita sama-sama anak broken home, sehingga
dengan seketika mereka dapat sangat memahami keadaan saya ini, dan sejak saat
itulah saya merasa mempunyai keluarga baru. Sejak saat itulah kegelapan dalam
hidup saya semakin menjadi-jadi / hidup ini benar-benar seperti lorong gelap yang tidak ada cahaya
sedikitpun. Sejak saat itu hampir setiap hari setiap malam saya berada disana,
rumah dan sekolah itu hanya menjadi tempat persinggahan sementara bahkan sejak
saat itu latihan pun sudah mulai terganggu, karena yang ada dipikiran saya pada
saat itu hanyalah have fun, have fun, dan have fun / bersenang-senang dan terus
bersenang-senang tanpa mengingat itu dosa atau tidaknya yang penting happy. Hari
demi hari pun terus berjalan seperti itu tanpa perhatian dari orang tua yang
lebih sehingga rahasia tentang saya suka bersenang-senang di tempat tersebut
bahkan sampai mengenal dugem yang terkadang satu bulan sekali kita maen ke
daerah bandung, itu tidak diketahui sedikitpun oleh orang tua saya.
Waktu
pun terus berjalan seperti itu, dan disamping kehidupan saya yang seperti itu
memang saya sempat terpikir ingin menemukan suasana baru hingga pada semester2
saya mendengar ada perekrutan pengurus osis. Oh iya semester1 sudah terlewat
dengan hasil raport yang sangat berbeda jauh dengan raport waktu SMP raport SMA
semester1 pada saat itu semua nilainya pas-pas’an dengan KKM adapun yang
melebihi KKM itu Cuma lebih sedikit pokoknya raport saya waktu itu sungguh
sangat berbalik dengan raport-raport saya sebelumnya, kembali ke perekrutan
osis / pada waktu itu di sekolah ada pengumuman perekrutan pengurus osis,
walaupun saya tidak betah di sekolah namun tetap di hati kecil ini ingin
sedikitnya ada perubahan hingga akhirnya saya mengambil keputusan untuk coba
daftar menjadi pengurus osis, karena dalam benak saya pada waktu itu seperti
ini “Mungkin di osis saya bisa menemukan teman / karena kan otomatis yang
berada di kepengurusan osis adalah siswa-siswa yang berorganisasi” dan akhirnya
sayapun mendaftarkan diri, beberapa hari kemudian LDKS pun dimulai, namun ada
yang membuat perjalanan saya itu hampir terhenti / katanya pada saat itu salah
satu untuk masuk kedalam kepengurusan osis yakni harus memiliki minimal satu
organisasi ekstrakulikuler. Dari sanalah saya mulai kebingungan / saya bingung
harus sepertia apa, saya ingin coba masuk kepengurusan osis karena saya ingin
ada perubahan dalam diri ini namun saya tidak meiliki satupun organisasi
sektrkulikuler. Saya kebingungan, bingung, bingung dan bingung, namun entah
dari mana mulanya / mungkin sudah harusnya seperti ini, sepintas dari sana saya
terpikir ke organisi Gerakan Pramuka, disana saya berpikir SD saya Pramuka, SMP
saya Pramuka, ah sudahlah daftar ke Pramuka saja, paling juga ditanya Tri Satya
dan Dasa Darma, pada waktu itu yang ada dibenak saya seperti itu / jadi intinya
pada saat itu saya menjadikan Organisasi Gerakan Pramuka sebagai jembatan agar
bisa masuk ke dalam kepengurusan Osis. Pada saat itu saya berniat untuk masuk
ke organisasi gerakan pramuka hanya sementara karena setelah nanti masuk ke
osis saya tidak akan aktif lagi dipramuka, pada saat itu pikiran saya akan
menemukan teman di osis.
Singkat
cerita akhirnya saya mendaftarkan diri ke Pramuka, yang kebetulan dulu itu
langsung berbincang dengan Pradana Putranya (Kak Dede Rifan) akhirnya saya
diterimalah menjadi calon anggota pramuka disana, dan sekarang status saya aman
(sudah memiliki organisasi). Dan singkat cerita LDKS pun berjalan dengan lancar
hingga beberapa hari kemudian diumumkanlah siapa-siapa saja yang diterima ke
dalam kepengurusan osis, ternyata dalam selembar kertas pengumuman itu terselip
nama Pandu Muhamad Barzah. Iya, ternyata akhirnya perjuangan saya tidak sia-sia
/ saya diterima di kepengurusan osis, disamping itu aktifitas saya sebagai
calon anggota di Pramuka berjalan seperti biasanya yang biasa latihan di hari
sabtu. Minggu demi minggu pun terus berjalan status saya masih tetap sebagai
pengurus osis dan calon anggota pramuka bahkan bulan demi bulan pun terlewati,
namun apa yang terjadi sahabat ?? semua tidak seuai lagi dengan apa yang saya
kira, di kepengurusan osis pun saya tidaka menemukan teman satu orang pun. L
Namun
sahabat dibalik itu ternyata Alloh menyimpan sekenario lain, seperti apakah
sekenario itu ?? itu semua berkaitan dengan organisasi yang niat awalnya hanya
untuk dijadikan sebagai jembatan saya ke osis / yang niat awalnya hanya ingin
numpang nama sebagai anggota agar saya bisa diterima di osis. Iya semua itu
berkaitan dengan PRAMUKA. Ternyata
sahabat, ketika saya berada di Pramuka lah saya menemukan cahaya itu, minggu
pertama, kedua, ketiga, pada saat latihan memang belum terasa namun minggu
selanjutnya ketika saya berkumpul dengan Kakak-kakak dan Teman-teman yang ada
di Pramuka pada saat itu hati ini mulai terasa nyaman. Walaupun pada saat itu
mereka tidak mengetahui seperti apakah kondisi saya, namun dengan kedekatan,
keakraban (candaan dan banyolan) mereka, secara tidak langsung mereka telah
mulai sedikit memberikan harapan baru bagi saya, dari sana saya mulai kembali
ada semangat dalam hidup ini walaupun hanya baru beberapa persen tapi
setidaknya pada saat itu saya sudah bisa tersenyum dalam hal positive. Sejak
saat itu hari yang ditunggu-tunggu adalah hari sabtu karena pada hari itu saya
bisa berkumpul dengan rekan-rekan dari Pramuka dan sejak saat itu pula lorong gelap ini mulai menemukan kembali
cahayanya.
Tak
terasa bulan demi bulan pun telah terlewati, dan akhirnya saya resmi menjadi
anggota Pramuka disana, dengan dilantiknya saya menjadi Penegak Bantara. Dan
disamping itu semester2 pun telah selesai, ketika saya melihat raport pada
semester2 saya sedikit tersenyum gembira karena raport kali ini ada peningkatan
walaupun nilai-nilainya tidak besar tapi semua tiadak ada lagi nilai yang
pas-pas’an dengan KKM. Tibalah waktu liburan, seperti biasa saya melewati
liburan dengan teman-teman yang broken tersebut, entah apa saja yang saya
lakukan dengan mereka namun Alhamdulillah untuk Drugs saya tidak pernah
mencobanya sedikitpun (karena memang saya bukan pria perokok / jadi pada saat
itu berkesimpulan ngerokok aja enggak, apalagi ngedrugs, ogah ah) namun tetap
saya sangat menikmati kedekatan dan keakraban teman-teman broken home saya
tersebut. Tak terasa waktu liburan berakhir, waktunya kembali ke sekolah (huft/males
deh) walaupun dengan terpaksa saya tetap seperti biasa berangkat ke sekolah
yang pada waktu itu kebetulan saya masuk ke kelas XI Sos II. Dan disamping itu
memang tidak memungkiri juga saya ingin kesekolah. Loh kok katanya males
sekolah, tapi kok ingin ke sekolah ?? Iya, saya gak bisa mungkir walaupun malas
untuk kembali sekolah / ke SMAN Ciawi, tapi saya ingin bertemu dengan
orang-orang yang ada di Gerakan Pramuka Ambalan Otto Iskandar Dinata dan
Dewi Sartika (Ottista-Destika), Saya rindu dengan mereka saya rindu
keakraban, kedekatan, dan kasih sayang yang positive dari mereka semua.
Hari-haripun
terus berjalan dengan biasanya dan dengan keadaan kelas yang baru kebetulan di
kelas Sos II itu saya sekelas dengan teman saya yang dari Pramuka yakni Kak Agus Zamaludin, jadi seketika di
kelas yang baru ini saya tidak terlalu murung. Waktu pun terus berjalan
sehingga entah tanggal berapakah itu yang jelas itu berada dihari sabtu /
ketika latihan rutin pramuka, pada hari itu entah dari mana awalnya saya serasa
ingin mengungkapkan semua yang saya pendam ini, akhirnya saya mencurahkan
semuanya disitu saya mulai menceritakan keadaan saya yang sesungguhnya / yang
sudah kehilangan semangat, saya menceritakan apa yang menjadi beban saya selama
ini / yang menjadikan semangat saya down, saya pun terus menceritakan semuanya
hingga jelas, dan hingga akhirnya saya menemukan harapan baru yang memang
harapan baru itu bermula dari mereka. Setelah mereka mengetahui seperti apa
kondisi saya dari curhatan-curhatan saya tersebut, mereka semakin memberikan
motivasi dan semangat bagi saya, hingga akhirnya suatu ketika saya benar-benar
sudah menemukan cahaya yang akan menerangi lorong gelap ini / pada saat itu
saya merasakan, saya yang ingin jatuh namun ditahan/dibantu oleh mereka sehingga saya bisa bangkit lagi dari
keterpurukan yang melanda saya selama ini.
Dari
sanalah saya mulai menemukan Harapan
/ sebuah Harapan Baru dalam hidup ini, dan sejak saat itulah saya mulai kembali
merenungkan semua yang telah terjadi dalam hidup saya ini, saya mulai berpikir
bahwa saya harus melakukan Perubahan dalam
hidup ini, dan sedikit demi sedikit semua itu berjalan, sehingga saya pun
tersadar selama ini saya telah salah jalan dan dari sana Keimanan saya pun mulai kembali lagi dari sana saya benar langsung
meminta ampunan kepada Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang (Alloh SWT) pada
saat itu saya benar-benar bersimpuh meminta ampunan atas dosa-dosa yang telah
saya perbuat selama ini, setelah itupun saya langsung Bersujud di hadapan kedua
Orang Tua saya / saya memohon ampunan karena selama ini anaknya telah salah
jalan, dan sejak saat itulah saya mulai meninggalkan secara perlahan
kebiasaan-kebiasaan saya yang sering berkumpul dengan anak-anak yang broken
home tersebut, hingga sampai saat ini Alhamdulillah sudah tidak pernah kesana
lagi.
Hari
demi hari pun terus berjalan dengan kondisi dan keadaan yang baru / setelah itu
saya sudah tidak mengenal lagi yang namanya menginap di rumah tersebut, saya
sudah tidak mengenal lagi yang namanya dunia gelap tersebut. Karena setelah
bertemu dengan Pramuka, saya menemukan sebuah Cahaya yang menerangi kegelapan itu, sejak saat itu rumah kedua
saya adalah di Pramuka yang memang lebih baik, lebih positif, dan lebih berguna.
Dan setelah kejadian itu saya pun sudah tidak lagi menjadi seorang anak yang
selalu mengurung diri di kamar, tapi saya mulai kembali menjalin hubungan yang
baik dengan keluarga saya terutama dengan kedua Orang Tua saya. dan sejak saat
itu saya sudah tidak malas lagi untuk berangkat sekolah ke SMA Negeri Ciawi,
serta yang paling utama sejak saat itulah saya mulai kembali ke jalan yang
mudah-mudahan diridhoi oleh Alloh SWT. Hari-haripun terus berjalan dengan baik
semua keadaan berubah / kesedihan, kekecewaan, dan rasa sakit ini mulai
terobati, serta yang paling utama saya sudah menemukan jati diri saya yang
baru. Keadaan pun berbeda dari yang sebelumnya / saya sudah bisa membuka diri,
sudah bisa beradaptasi dengan rekan-rekan sekitar terutama rekan-rekan sekelas,
dan prestasi saya pun Alhamdulillah mengalami peningkatan / walaupun tidak
segemilang waktu SMP dulu tapi setidaknya saya sudah mulai bisa berprestasi
kembali, hasil raport pun sudah tidak terlalu diragukan lagi, dan yang jelas sejak saat itu saya mulai
melatih/mengasah keterampilan ini di Organisasi Gerakan Pramuka / berawal dari
kegiatan-kegiatan yang sangat melatih keterampilan dan kedisiplinan saya, serta
dengan adanya sebuah amanah yang melatih saya menjadi seorang organisator.
Karena
berjalannya waktu, tak terasa saya sudah berada di akhir tingkatan teratas bagi
siswa yang berseragam putih abu-abu tersebut. Iya, pada waktu itu saya berada
di akhir kelas XII dan pada waktu itu pula kembali terjadi masa-masa
menegangkan bagi kami semua yakni Ujian Nasional dan Ujian Sekolah, kami semua
pun berjuang untuk mendapatkan kelulusan yang sempurna, dan Alhamdulillah waktu
itu telah terlewati dengan lancar walaupun ada beberapa orang rekan kami yang
tidak lulus tapi akhirnya mereka lulus pada saat Ujian Susulan. Ujian telah
selesai kami pun telah resmi lulus dari SMA dimulailah kembali
perjuangan-perjuangan baru, pada waktu itu kami semua sibuk untuk daftar ke
Perguruan Tinggi yang kami idam-idamkan. Disana sempat terpikir sepintas
tentang AKABRI/AKMIL namun saya memotong bayangan tersebut karena saya sudah
sadar diri kalau tubuh ini tidak akan cocok untuk kesana, hingga akhirnya saya
mengambil keputusan untuk mencoba mendaftar ke salah satu Universitas Negri
yang tepatnya ada di Bandung, dan di Yogyakarta, walaupun dikeduanya berbeda
jurusan tapi saya ingin mencoba mendaftarkan dulu diri saya kesana / mengikuti
tes terlebih dahulu untuk masuk kesana, sehingga nantinya bisa meneruskan
kuliah disana.
Saya
pun mulai menceritakan semua keinginan dan yang saya lakukan tersebut kepada
kedua orang tua saya, namun sayang seperti biasa keinginan / angan dan cita
saya itu terpatahkan kembali karena penyakit ini, dan memang kebetulan pada
saat itu ada alasan yang menambah kuatnya bahwa saya tidak bisa kuliah keluar kota
tepatnya ke Bandung atau ke Yogyakarta tersebut. Disitu saya sangat merasakan
kekecewaan kembali seperti dulu namun pada saat itu alhamdulillah saya sudah
bisa berpikir jernih, sehingga walaupun berat tapi saya dapat menerima dengan
lapang keputusan dari orang tua saya tersebut untuk meneruskan kuliah ke
Universitas Siliwangi (US/Unsil), akhirnya masuklah saya ke universitas
tersebut dan berada di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) tepatnya
dengan mengambil jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR).
Dan
akhirnya, walaupun penyakit ini belum sembuh tapi semua berjalan lancar sampai
saat ini / sekarang saya kuliah sudah semester 5, serta dibalik semua ini saya
banyak-banyak menemukan hikmahnya, yakni salah satu hikmahnya sekarang saya
sudah belajar untuk mentransferkan ilmu yang saya dapatkan selama ini /
sekarang saya sudah ikut mengajar di SMPI Terpadu Darruzahra, walaupun secara
materil belum terasa tapi yang saya tuju / yang menjadi tujuan saya saat ini
adalah Pengakuan dan Pengalamannya. J dan selain itu juga disini kesehatan saya
lebih terkontrol, serta banyak lagi hikmah-hikmah yang saya rasakan sekarang. Alhamdulillahirabbilalamin,
Terimakasih Ya Alloh.
Alhamdulillah
selesai juga notes ini, namun sebelum mengakhirinya izinkan saya untuk mengungkapkan
rasa terimakasih saya, yang pertama dan yang paling utama Termakasih kepada
Alloh SWT yang telah membimbing hamba selama ini, terimakasih juga kepada kedua
Orang Tua dan Keluarga yang telah banyak berjasa dalam kehidupan saya, terimakasih
juga kepada rekan-rekan Pramuka saya (terutama Kak Nenden Wahyuni, Kak Risalah
Amatilah, Kak Sinta Fajrian, Kak Agus Zamaludin, Kak Luti Abdaussalam Al Faiz,
Kak Wahyudin, Kak Dani, Kak Egi Muhammad Rhamdan, Kak Lilis Siti Amanah dan
Kakak-kakak Pramuka lainya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu) yang
telah banyak memberikan motivasi bagi saya dan yang jelas kalian semua adalah
pahlawan bagi saya, serta terimakasih kepada semua rekan-rekan lainnya yang
telah memotivasi saya selama ini, terimakasih banyak. Akhir kata semoga notes
ini dapat bermanfaat khususnya untuk saya pribadi dan umumnya untuk rekan-rekan
semua. Semoga notes ini dapat memotivasi semuanya … J Dan Sekali lagi saya
tegaskan walaupun semangat sudah hilang, cinta dan kasih sayang hilang, dan
bahkan keimanan pun ikut hilang, tapi rekan
semua tidak perlu khawatir karena masih ada satu lagi yang tersisa,
yakni HARAPAN / Harapan Itu Masih Ada. J
Salam
Semangat Untuk Semuanya … J
Wassalamu’alaikum
Warrahmatullohiwabarrokatuh … J